Sunday, 17 June 2007
Singularitas
Buat Tyas,yang dengannya aku terlibat perdebatan sengit yg mengilhami posting ini.
Alhamdulillah,akhirnya kesempatan untuk (akhirnya) terjun dalam salah satu sesi ESQ training yang telah lama kuincar itu datang jua.Sulit untuk kutampik (tanpa bermaksud menyombong)kalau ESQ buatku jadi semacam setempel acc pada pemikiran yg telah lama kupendam :
SINGULARITAS.
Sekarang begini,coba datangi perpustakaan terlengkap di kotamu lalu oprek rak2 di bagian fisika lanjut terutama di bab2 astronomi dan fisika quantum. Satu kesamaan dibalik nama2 seperti Stephen Hawking,Albert Einstein,teori expanding universe,Alexander Friedman,Edwin Hubble adalah : alam semesta berasal dari satu dimana dari satu inilah kemudian berkembang aneka hukum fisika,kimia,biologi dan turunan2nya berupa ilmu2 sosial seperti sosiologi,antropologi dst dst.
Lalu jika seluruh titik dan microtitik dalam semesta pengetahuan kita (aka alam semesta) berasal dari satu dan hukum2 yang berlaku didalamnya adalah derivat satu sama lain tentu diantara bermilyar-milyar logika sebenarnya ada satu logika saja,kita sebut saja omnilogic(logika segala),logika yang menjelaskan segala,yang dalam sejarah peradaban manusia begitu banyak ceceran2 sebutan untuk omnilogic
ini,dalam dunia pernovelan kita kenal konsep insight sebagaimana kita lihat dalam novel celestine prophecy,the all seeing eyes dan lain sebagainya. Dalam tiap interaksi karakter organik setiap makhluk terdapat satu logika saja,artinya hanya ada satu macam kesesuaian,kompleks DNA hanya akan
memprouksi enzim sesuai dengan logika yg terprogram padanya.
Nah now i'm trying to simplify thing,tentu dalam setiap konflik mestinya hanya ada satu kebenaran,hanya ada satu tindakan/posisi/preposisi yang sesuai dengan hukum alam yang akan lolos kedalam semesta karena ia selaras dengan sang omnilogic.
Kawan,inilah pandanganku mengenai segala sesuatu : HANYA AKAN ADA SATU KEBENARAN UNTUK SETIAP SITUASI,kita hanya perlu mencarinya!!.Dan kalau para ilmuwan penggagas konsep singularitas
ini nyaris 99% berasal dari peradaban barat,mungkin inilah cerminan mengapa mereka (barat) kerap unggul dan mampu menyelesaikan masalah,setidaknya dalam kurun waktu ini.Jujur terhadap fakta
betapapun menyakitkannya,sebagaimana sikap galileo galilei saat merelakan dirinya dikurung di puncak menara hingga ajal menjemputnya sungguh sikap yang tidak asing bagi ke-islam-an,bukankah Rasul SAW menyatakan "katakan kebenaran meski itu pahit"(lihat betapa serupanya kalimat yang terpisah 5 abad itu).
Dalam setiap konflik selalu ada yg benar dan selalu ada yg salah,itu kenyataan alam!!yang harus kita terima kalau kita ingin tetap selaras dengan alam. Menyakitkan memang tapi bukankah menahan rasa sakit akut amat sangat yang akan segera berakhir itu jauh lebih baik daripada menahan sakit kronis yang selalu membayang tak kunjung usai??
Oleh karena itu rekonsisliasi bukanlah jawaban masalah bangsa kita!!Lihatlah bangsa China yang harus menempuh masa penuh rasa sakit dalam periode2 revolusi budaya hingga revolusi kapital
yang membawa mereka kini sebagai "naga terjaga" dalam percaturan dunia. Lihat pula bagaimana Lee Kuan Yew membawa tangan besi-nya memimpin rakyat Singapura yang pesimis saat mereka memerdekakan diri dari Federasi Malaysia menjadi bangsa yang jayaraya seperti kita tahu saat ini. Lihat pula bagaimana Rasul SAW harus menahan sakitnya lemparan batu orang Thaif dan pahitnya hinaan orang2 Makkah. Semua itu hanya untuk satu kata : Singularitas,cuma ada satu kebenaran dalam setiap konflik.
Jadi ayo,selesaikan masalah,temukan apa yang salah,perbaiki,dan kalau ternyata kesalahan ada pada manusia ("siapa yang salah"),sebutkan dengan jelas agar semua dapat diperbaiki dengan sebenar-benar perbaikan. Aku terlahir dengan darah biru etnis jawa mengalir dalam diriku,tapi jujur,sulit bagiku respek pada kebiasaan nriman orang2 jawa yang tidak proporsional itu,sikap inilah yang membawa kita berlarut-larut dalam rundungan masalah,ada saatnya kita perlu mengatakan dan mendengar sesuatu yang menyakitkan,menyakitkan karena ia telah lama kita tutup dari kamus perbendaharaan hidup kita
1 Response to "Singularitas"
Wah saya tahu maksud dari si Sudut Hati, ternyata orang Indonesia sudah ada yang berfikiran progrsif ilmiah, tetapi sayang kungkungan terlalu besar untuk berani berbicara benar tentang kebenaran teori-teori Albert Einstein, Stevan Hawking dan bahkan Darwin. Jangan -jangan kita di sangka bukan bukan dan di katakan Kafir. Saya setuju dengan pendapat anda bahwa kebenaran hanya ada satu.
Terlalu banyak masalah yang mengganjal, saya paham dengan pendirian anda yang mengandaikan kita dengan Bangsa Barat, Singapura dll, karna memang faktanya demikian. Sebagai contoh, seoarang guru secara profesional mengajarkan Evolusi Darwin, Mutasi genetika, Rumus rumus Relativitas Einsteins, dan Pendapat Setevan Hawking, tapi ketika mereka (Guru dan Siswa ) keluar kelas mereka disuguhi doktrin yang berlawanan dengan hal tersebut ? Menurut saya hal itu lucu dan suatu kebidohan terbesar yang pernah dilakukan manusia. Siapa yang berani merubah ? Apakah anda ? Seperti yang dikatakan SAW ? Beranikah dari orang yang terberani sekalipun ?
Menurut saya apapun misi pendidikan kita , tiada generasipun yang mampu melakukan perubahan . Sebetulnya banyak expert yang sudah sadar sepenuhnya bahkan yang berkutat dengan religiusitas sekalipun dari sudut hatinya sependapat dengan anda dan saya. Tapi Apa ? Nyali kita kecil, nyali mereka kecil. Dan kita munafik.
Saya meramalkan suatu saat akan ada perubahan besar dalam tatanan masyarakat kita dimana :
1. Kebijakan pemerintah perihal inovasi pendidikan akan berimplikasi besar pada timbulnya kecerdasan kaum muda.
2. Berakibat pada berubahnya pola pikir
3. Paham dualisme kebenaran dan kemunafikan akan dipertanyakan
4. Revolusi sosial akan terjadi
Siapkah kita ?
Siap tidak siap hal itu sedang terjadi buktinya adalah anda dan saya sudah berani mempertanyakan secara samar, berikutnya akan terbuka, berdebat, konfilk, revolusi (horisontal vertikal), rekonsiliasi, dan kembali ke keadaan setimbang.
Apakah revolusi perlu terjadi ,,, yah hampir setiap orang tidak mengharapkannya, akan tetapi apakah hukum alam dapat di hindari ? Hanya sejarah yang akan mencatat.
Leave A Reply