Sunday, 17 June 2007
Dangdut is The Music of My Country
ooo Janganlah jangan bersedih...
ooo yang lalu biar berlalu...
aku pun telah menyadari salahku
mengapa tak semesra dulu mengapa tak seindah dulu>
katakan salahku,katakan sayangku...
Begitu bunyi syair lagu dangdut dari OM palapa dari VCD player yang diputar berulang2 oleh sopir Bus malam Mandalasari Sby-Jkt,yang tidak ber-AC,tidak ber-toilet itu melaju pesat dengan liukan2 lihai semi mengerikan khas bus malam cepat.SAya dan Moko teman saya berusaha (dengan sangat) menikmati perjalanan sambil menahan hati yang merutuk mengingat kesalahan konyol yang membuat kami harus ketinggalan kereta yang tiketnya sudah dibeli sejak pagi-nya.
Syair lagu dangdut itu menggelitik syaraf saya untuk menulis,sori,mungkin lebih tepatnya,'membaca' secara lebih serius soal lagu dangdut ini.Tentu kita tahu (kalau cukup punya waktu/kemauan buat memperhatikan)syair diatas adalah tipikal lagu dangdut : nelangsa,lucunya,jarang kita temukan (sekali lagi,kalau kita sempat/mau memperhatikan) di konser2/pagfelaran musik adngdut para artisnya menyanyikan dengan rona bersedih ato syahdu macam Eric Clapton kalo lagi nyanyi "Tears In Heaven" ato Glenn Fredly waktu nyanyi "sampai disini kisah kita,jangan tangisi keadaannya...".Penoton pun tetap berjoget ria,rithym,birama,aksi panggung,blocking tidak satupun menunjukkan aura kesedihan,dan bukan cuma ini aja,coba simak konser2 dangdut lainnya,pasti suasananya nyaris sama.Sekarang aku jadi paham kenapa sampe ada orang amerika yang rela neliti musik dangdut selama berbulan2 buat desertasinya.
Dangdut sungguh sebuah fenomena menarik mengenai cara manusia ber-ekspresi dalam suasana emosi obyektifnya.Well saya bukan,mahasiwa sosiologi atau psikologi ato orang yang meluangkan waktu buat meneliti,jadi saya tentu tidak akan terlalu dalam mengulas,tapi dari pengamatan saya selama jadi pujangga sekaligus peneliti dadakan selama 19 jam (iya bener,19 jam,bus itu mogok di weleri slm 3 jam) diatas bus,saya melihat sebuah upaya kalangan 'pinggir' dalam masyarakat kita untuk berekspresi megnungkapkan kesedihan dengan cara yang sesantai mungkin.Irama perkusi yang cenderung monoton,setidaknya bila dibandingkan dengan musik2 modern lain,menggambarkan attitude khas masyarakat nusantara yang biasa 'nrimo ing pandum'(menrima pemberian),minim kehendak untuk memberontak,sjenak ingatan saya melayang ke tukang becak langganan ibu saya yang waktu saya bertanya,dalam bahasa jawa tentunya,yang terjemahannya "apa gak capek pak narik becak tiap hari?",dijawabnya "lha gimana lagi emang ini yang bisa saya lakukan untuk anak istri saya".Pakaian yang membalut tubuh(sexy),meski masih belum bisa dikategorikan full open,oleh para penyanyi wanita yang bergoyang secara cukup 'hot'(terutama akhir2 ini) ,juga menunjukkan ekspresi dan kebutuhan akan sensualitas yang 'subtle' dari masyarakat rural kita.Cengkok2 yang mendayu2 cenderung tidak tegas,menunjukkan sifat toleran dan pengertian serta kebiasaan menyampaikan pesan secara 'terselubung'.
No Response to "Dangdut is The Music of My Country"
Leave A Reply