Banyak yang beranggapan,baik secara guyon maupun yang serius dan ideologis,bahwa golongan putih alias golput,sebutan yang diberikan kepada mereka yang terdaftar sebagai pemilih namun tidak menggunakan hak pilihnya,yang memangkan Pemilu legislatif 2009.Para advokat sikap golput pun merasa menang dengan berbagai alasannya.
Tapi,secara statistik dan rasional,benarkah memang golput yang menang?
Sampai sekarang satu-satunya data yang sampai pada publik adalah yang menyebutkan bahwa jumlah pemilih terdaftar yang tidak menggunakan hak pilihnya adalah berkisar di angka 30-40% berdasar data survei quick count yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei,dan itu hanyalah data yang didapat berdasar survei di TPS-TPS,belum ada data resmi dari tabulasi KPU.
Jadi secara statistik,belum bisa dibilang golput yang menang,semua baru perkiraan.
Pun,katakanlah jika memang angka golput nantinya benar-benar terpancang di,katakanlah 35% yang itu berarti jauh lebih besar dari data sementara perolehan suara terbesar Paratai Demokrat (20%),benarkah dapat dikatakan golput menang?Beberapa lembaga survei maupun lembaga penelitian dari kalangan kademik sejak jauh hari sebelum Pemilu legislatif dimulai telah mulai melakukan beberapa survei untuk menlisik fenomena potensi golput ini.Diantaranya yang dapat kita jadikan pembanding adalah hasil survei LSI terhadap golput dalam Pilkada Gubernur Jakarta menyatakan Pertama, alasan teknis, misalnya, orang itu sakit atau memiliki keperluan, sehingga tidak bisa datang ke bilik suara pada hari H (39%). Kedua, alasan administratif, yakni, orang tersebut tidak terdata (38%). Ketiga, alasan politis, sebut saja, tidak percaya pemilu, tidak ada calon favorit, sebagai bentuk protes atas ketidakberesan birokrasi, dsb. (16%).
Jadi didalam tubuh golput sendiri juga terdapat "partai-partai",dan mestinya beda-beda alasan seorang golput ini juga mesti kita masukkan dalam analisan,tentu tidak adil kalau 34 partai peserta pemilu cuma ditandingkan dengan "partai" golput yang cuma dianggap sebagai satu suara,karena baru adil bila suara golput ditandingkan dengan suara "tidak golput",dan jelaslah ternyata angka yang tidak golput mencapai 65% (dengan asumsi suara golput 35%).
Kalau seandainya,secara bergurau,"partai golput" mengadakan mukernas,belum tentu mereka mampu menyatukan suara.Karena,berdasar survei saya pribadi,alasan teman-teman yang memilih golput juga sangat beragam.Untuk mereka yang memilih golput karena alasan idealisme,teman saya yang aktivis sosialis dari salah satu organisasi serikat buruh berlambang bintang dan roda gerigi mengatakan pemilu sangat tidak kerakyatan,sedangkan teman saya aktivis salah satu organisasi keislaman menyatakan golput karena menyatakan "pemilu tidak sesuai dengan Islam",nah dari salah dua saja dari banyak "anggota" golput yang kebetulan saya tanyai saja sudah begitu beragam bahkan berseberangan dan bertentangan alasannya.
Lebih jauh,apabila golongan putih ini disurvei dan di list secara lengkap apa saja alasan mereka untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu kali ini,prediksi saya berdasrkan data dari pemilu 1999 dan 2004 maka akan muncul belasan bahkan puluhan sub-golongan dalam golongan putih.
Jadi benarkah memang golput pemenang Pemilu?
Karena ternyata ada juga partai golput idealis,partai golput islami,partai golput sosialis,partai golput cuek,dan partai golput-partai golput lainnya.Suara partai-partai golput ini ternyata kalau tidak juga signifikan bila dibandingkan dengan perolehan partai-partai peserta pemilu.
Beda-beda alasan golput ini mestinya kita jadikan masukan sebagai analisa tentang realitas pandangan politik warga bangsa ini,bukannya memukul rata,meng-over-simplifikas
Teman-teman yang memilih,dan meng-advokasi-kan,golput mesti mawas diri dengan ini,karena kita akui atau tidak,angka-angka masih menunjukkan bahwa rakyat,setidaknya secara nominal,masih percaya pada sistem penyelenggaraan negara yang ada saat ini.
Pemerintah,KPU,partai-part
Mari sama-sama kita pikirkan.
Salam,smile always :)