Mungkin beberapa dari kita,terutama yg pernah ikut organisasi atau pelatihan
SDM,sudah pernah membaca atau mendengar kalimat (yg maksudnya) motivasi berikut ini :
"Janganlah jadi seperti lilin,dia menyinari sekitarnya tapi dia sendiri hancur meleleh..."
Saya kurang setuju dengan kalimat diatas karena beberapa alasan :
-kalau tidak menyinari sekitarnya,trus lilin mau mengerjakan apa?
-adakah satu hal di dunia yang tidak akan habis dipakai,meski kita berusaha
sekuat mungkin untuk menghematnya(termasuk jasmani kita)?
Oke awalnya memang terkesan konyol mempermasalahkan kalimat tersebut,tapi
menurut saya it leads us to a wrong wisdom,ia menuntun kita ke hikmah yang
salah.
Mempermasalahkan lilin yang meleleh setelah ia bersinar sama saja mempermasalahkan mereka yang kehabisan tenaga karena aktif dalam operasi
kemanusaiaan di daerah bencana,atau mempermasalahkan seorang guru yang
mendedikasikan nyaris seluruh waktunya
untuk mendidik murid2nya,mempermasalahkan lilin yg meleleh setelah bersinar sama juga kita mempermasalahkan seorang petugas pemadam kebakaran yang terluka saat mati2an berusaha menyelamatkan seorang anak yg
terjebak dalam gedung yang terbakar,juga mempermasalahkan seorang ibu yang mengorbankan nyawanya sendiri demi hidup anaknya.
Justru lilin telah memberikan teladan pada kita tentang dedikasi dan kesetiaan
terhadap jati diri apapun hasil dari kesetiaan tersebut.Ia paham saat lampu,lentera,obor telah padam maka ialah harapan satu-satunya untuk sebuah
pencerahan,meski karena itu ia mesti meleleh dan pelan-pelan pudar,ia paham
bahwa alasan dia diciptakan adalah untuk menerangi.
Kalau bukan karena adanya "lilin-lilin" (para guru,ibu-bapak,pemungut sampah
dll) yang hidup dan mengabdikan dirinya disekitar kita,mungkin kita tidak akan
pernah tahu apa arti kasih sayang,tidak pernah ada masyarakat yang utuh.
Justru bagi saya lilin adalah perwujudan (embodiment) dari cinta dalam bentuknya yang paling mulia,refleksi paling cerah dari cinta Alloh SWT pada hamba2nya.
Seperti kisah tiga sahabat Rasul yang terluka parah hingga ajal tinggal
selangkah dalam satu peperangan,ketiga sahabat tersebut akhirnya syahid setelah tetap saling mendahulukan saat akan diberi minum,adakah kita akan menyebut mereka sebagai "lilin yang meleleh
setelah bersinar"??atau justru "lilin-lilin" mereka yang sinarnya terus
benderang ribuan tahun sesudah tubuh mereka memudar dari dunia??