Sunday, 17 June 2007

Ayah,Keras Sifatmu,Kekagumanku

Posted on 03:17 by Tunjung Tri Utomo

Ayahku,berusia 61 tahun,berperawakan sedang,berkulit kuning,berambut ombak,berkacamata minus 3. Perangainya sungguh keras sebagaimana juga perangai kakek dan saudara-saudara ayah dan,kata begitu banyak orang,begitu pula aku.Pendidikannya tinggi,setinggi daya ingatnya,meski tak diikuti kemampuannya menahan amarah.

Tak terhitung lagi oleh catatan ingatanku betapa dua laki-laki,aku dan ayah,bentrok dengan aneka intensitas,mulai sekedar adu argumen,silat lidah,hingga nyaris adu fisik. Bukan salahku kalau terlahir dengan IQ semi jenius,aku hampir selalu menandingi,dalam beberapa hal bahkan sering mampu melebihi kecepatan berpikir ayah,yang membuatku,tanpa menyengaja,merasa mampu menemukan kebenaran2ku dan idealisme2ku sendiri,tanpa bantuan ayah.

Masih jelas dalam ingatanku betapa beberapa tahun yang lalu hanya Idul Fitri tahun berikutnya yang mampu memutus puasa bicara yang kumulai pada ramadhan,tahun sebelumnya.Protes,atas sikap keras ayah pada ibu,kakak2ku dan juga aku.Sikap keras,yang sempat membuat kami semua kehilangan arah dan terjatuh dalam hedonisme dan materialisme.

Kini,beberapa tahun kemudian,sungguh sulit kubayangkan dunia berjalan tanpa ayah.Sifat keras yang dibawanya kerumah,dan kami semua tolak,sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh rekan2 sejawatnya,murid2 PPDS binaannya,atasan2nya,anak2 buahnya,staf2nya dalam profesi yang berlumuran daki2 kotornyanya perilaku manusia. Dalam posisinya,kalau mau,ayah bisa membawa uang berlimpah,cukup untuk membuat kami merasakan kemewahan ala pejabat dan pembesar negara lainnya,tapi tidak dengan ayahku...harga dirinya terlalu tinggi bahkan untuk sekedar menerima 'ucapan tanda terimakasih' yang bagi rekan sejawatnya dianggap sebagai wajar.Kalau bukan karena ayah yang menjadi pimpro-nya,atas ijin Alloh tentunya,belum tentu pendirian sayap mewah dari rumahsakit terbesar di propinsiku bisa berdiri begitu cepat dan tanpa carut marut dana2 yang disunat sekenanya,di propinsi dimana pembangunan ruas jalan aspal sepanjang hanya beberapa ratus meter tidak akan bisa dilakukan tanpa ada 'upeti' dan sejenisnya.Meski ayah bukanlah orang yang terlalu melek ilmu2 diniyah,kecuali pada tahun2 terakhir ini,namun itulah zikir-mu pada sang khalik,itulah zikirmu pada dunia,itulah zikir pengabdian sebgaimana RAsul SAW ungkapkan tentang seorang muslim terbaik adalah muslim dengan manfaat paling besar bagi orang lain.

Lewat petak catatan dunia maya ini, kucurahkan resultante perasaanku-campur aduk emosi : marah atas kerasnya sifatmu,sedih karena ketidak sabaranmu pada istrimu (ibu),kekesalan pada pendeknya sumbu kesabaranku,yang mungkin tak akan pernah sanggup kuungkap di dunia nyata. Resultante yang bernama kekaguman dan sungguh selaksa kebanggaanku bahwa pria berperangai keras itu adalah ayahku. Kini aku sadar darimana darah idealis yang mengalir dalam diriku dan kakak2ku berasal,kalau bukan karena 'kekunoanmu' mungkin aku sudah terjerumus menjadi pria cecunguk yang tak memiliki kemulian dan kebanggaan selain bangga pada harta dan hal2 artifisial lain. Meski hidupku masih akan terus berevolusi,namun tak akan ada keraguan,bagian penting dari evolusi itu adalah ayah.

Terimakasih ayah,meski mungkin kita masih akan sering bersitegang,namun,insya Alloh,doa tak akan pernah usai berhembus untuk menyertaimu,manusia yang telah ikut memberati bumi ini dengan pengabdian pada kalimat thayyibah,meski dengan caramu sendiri...

Dan,dengan ijin Alloh,akan kukenang dan kujiwai jiwa pngabdimu itu,meski juga dengan caraku sendiri...

Allohummafgfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayani saghiraa...

No Response to "Ayah,Keras Sifatmu,Kekagumanku"

Leave A Reply