Sunday, 17 June 2007

Sate Kul / Kreco,Sebuah Nostalgia

Posted on 03:18 by Tunjung Tri Utomo

Bagi yang punya kenangan dengan makanan satu ini please baca dan komentari ya...

Hehe,beberapa hari yg lalu aku mencoba mengganjal laparku di suatu siang dengan mencegat penjual Lontong Balap yang lewat di depan rumahku.

(For those not familiar with,Lontong Balap adalah makanan khas Surabaya (dan sekitarnya,karena setahuku Sidoarjo,Pasuruan,Mojokerto,Bahkan Gresik juga ikut mengklaim-nya sebagai makanan khas daerah masing2) yang berupa kombinasi lontong,kecambah/taoge,tahu goreng dan lentho (aduh bahasa indonesianya apa ya??) direndam dalam kuah berbumbu bawang putih,garam,bawang merah,daun bawang dan kecap ditambah taburan bawang goreng dan sambal petis jadilah ia main course Lontong Balap)

Untuk diketahui Lontong Balap ini biasa disantap bersama sate kerang, itu sudah biasa, sebagian besar dari kita orang indonesia pasti sudah pernah mencicipinya, namun satu hal yang tidak biasa, dan inilah yang menjadi bahasan kita adalah Lontong Balap yang disantap denga SATE KRECO atau biasa juga disebut dengan Kul. Dan sayang sekali bapak penjual menjawab "wah sepurane mas,sate kreco-ne gak onok,angel golekane saiki..." (wah maaf mas,sate kreconya tidak ada,sekrang susah mencarinya)."yaa" begitu sesal saya dalam hati,pikiran stress saya pun melayang sambil tersenyum2 betapa Sate Kul/Kreco dan kelangka-annya itu mewakili cerita2 menarik, crita2 indah tentang masa lalu penulis, cerita2 getir tentang nasib alam lingkungan di kota kelahiranku kota Surabaya yang sebenarnya ingin kusayangi ini. Oke begini ceritanya...

Oke ini sedikit dasar teori ala skripsi yg berhasil penulis kumpulkan soal kreco. Kul/Kreco (Vivipara javanica) adalah sejenis moluska bercangkang (gastropoda) semacam bekicot yang hidup di rawa2 air tawar.

Masih kuingat kira2 17 tahun yang lalu, kegiatan mencari kreco/kul adalah kegiatan pengisi liburan yang sungguh menyenangkan. Hanya 400 meter dari gang rumah kami terhampar rawa2 dengan ilalang setinggi kira2 1,5 m dan kedalaman air sepinggang kami waktu itu (jd kira2 50 cm).Berkostum celana pendek terjelek (karena pasti akan berlepot basah dan penuh lumpur), kaus oblong dan kadang,topi, bersenjata kaleng kosong bekas biskuit. Berkah Alloh lewat alam lingkungan sungguh terasa sangat berlimpah ketika itu, mencari kreco/kul tidak terlalu sulit kita tinggal meraba2 ke dasar rawa dan masukkan ke dalam kaleng, 3-4 jam, bisa 6-10 kaleng biskuit wafer lebaran terisi penuh. Pulang kami kerumah dengan peluh bersimbah namun ceria tidak terkira,kreco dicuci bersih dibwah air keran atau air sumur lalu dibawa ke rumah Pak Sochibbul yang hobi masak (di kemudian hari beliau mendirikan usah katering) dan punya panci raksasa (bagi tubuh anak SD,waktu itu memang terlihat seperti sebesar danau =)),kreco pun direbus dengan jahe,bawang putih, bawang merah dan garam, satu-dua jam kemudian arpma kreco sudah tercium menggiurkan. Piring2 kecil pun disiapkan botol2 saos tomat dan sambal dikeluarkan,tusuk gigi dionggokkan,dan kami semua, seluruh tetangga warga gang (entah apa nama gang kami itu) turut larut menikmati kelezatan kreco. Saus tomat dan sambal dituang ke piring2 kecil,tusuk gigi dicungkilkan ke rongga cangkang kreco dan dagingnya-pun terkuak keluar,cocol ke sau tomat/sambal santap segera,nikmaat...tidak hanya kelezatan kreco yang terasa, kebersamaan dan kasih sayang juga.

Kini rawa 400 meter dari gang kami itu sudah berganti gedung perumahan yang bersembulan di sana-sini seperti jerawat di pipi remaja yang malas mencuci mukanya,alias banyak sekali =). Kreco pun seperti kata bapak penjual Lontong Balap diatas,jadi makhluk langka. Kisah yang sama dialami oleh makanan Semanggi Suroboyo yang terkenal sebagai judul lagu itu. Sama seperti kreco, semanggi jg tumbuhan liar yang tumbuh begitu saja di pinggiran rawa atau tempat2 teduh. Mungkin inilah sifat dasar kita yang hidup berkalang aneka karunia sumber daya alam di bumi nusantara, keenakan dan lupa diri. Langkah pembudidayaan tak pernah dilakukan secara berarti mebuat dua tanaman dan hewan yang pernah jadi bagian hidup masyarakat Surabaya pun kini nyaris punah. Mungkin juga tercermin dari betapa banjir sudah menjadi fenomena rutin tahunan, mewakili semakin habisnya rawa-rawa dan badan2 air darat yang dulu mengisi 30 % wilayah Surabaya,yang krusial sebagai lahan resapan air hujan,mekanisme ekosistem yang kini tercekik dan terpotong. Hmm sebuah perenungan buat kita.

Dan kalau aku menerawang sambil mengutip kalimat romantis para novelis tentang tokoh protagonis yang mengakhiri petualangannya dengan duduk di atas bukit sambil memandang matahari senja di ufuk barat sambil menghela napas panjang dan berujar pada diri sendiri "hmm,akankah anak cucuku bisa menikmati semua keindahan ini...?". Sungguh hal2 se-sepele seperti sate kreco dan semanggi suroboyo mewakili cerita2 tentang keindahan karunia Ilahi berupa keindahan alam serta kasih sayang yang pernah begitu lekat dalam warna hidup kita,warna hidup warga kota Surabaya, atau kota2 industri alinnya di negara kita ini.

Mari sodaraku semuanya,selamatkan,setidaknya sisakan agar kita, dan anak kita tahu bahwa kita semua berakar dari keindahan,dan pada keindahan itulah seharusnya kita kan menjadi...

Maka nikmat TuhanMu yang manakah yang kamu dustakan... (potongan ayat2 QS Ar Rahman)

Fabiayyi alaa i'Rabbikuma tukadzibaan...

Maka nikmat TuhanMu yang manakah yang kamu dustakan...

3 Response to "Sate Kul / Kreco,Sebuah Nostalgia"

.
gravatar
Anonymous Says....

YA.. KARNA ISTRIKU LAGI HAMIL MALAH YANG LAGI NGIDAM SATE KRECO ITU AKU
UDAH KELILING SURABAYA,SEPANJANG,KRIAN TIDAK PERNAH ADA.. BAHKAN KAMI MAU RENCANA CARI DI SEMARANG ..
TOLONG JIKA ADA YANG TAU TEMPAT JUAL SATE KRECO HUBUNGI KITA DONG

.
gravatar
Automation Says....

Kreco bisa dicari di surabaya tepatnya pacar keling didekat lokasi pembuangan sampah sementara. tapi masih hidup, jadi jangan langsung dimakan ya. Kalo sate kul tuh banyak di dekat THR atau dekat pom bensin stasiun gubeng arah THR.

Leave A Reply