Saturday 14 August 2010

Bangku Bengkok dan Pelipis Tyson


Mentariku tertawa lagi
Tergelitik dicolek tulang dan daging busuk
Bongsor sambil menyanggah dagu dengan cakarnya
Nyungsep diantara bangku bengkok
Sisa-sisa ratapan anak perawan
Jadi comberan di meja para kurcaci
Duh duniawi..

Ingatlah kawan tidurku..
Umur kita dijahit bersama laku
Nama kita pun telah ditabrak waktu
Apakah harus tunggu
Raga kita warnanya membiru

Senja selalu mengulum harapan
Kuncinya terselip dalam lipatan semesta
Maukah kau menggenggam tanganku
Bersama kembalikan rona merah
Dan siul mesra di roman Ibu

Pakai sarung tinjumu
Djangan tunggu lemakmu tersenyum
Kalau bisa pinjam pelipis tyson
Biar tak rubuh
Berserakan diatas berita pagi
Moncong-moncong realita memang tajam
Membelah dagu kita dengan segala ragu
Menusuk rusuk kita dari segala penjuru angin
Tapi bukankah ketika dalam rahim
Kita selalu jadi petarung
Mengapa kini cuman bisa murung

Mentari saja tak lelah
Mengitari mayapada dengan sukacita
Pernahkah ia kau lihat mengeluh
Tidak..tidak sedikitpun
Kecuali surat perintah telah turun

Tak seperti mereka
Mengambil cerita duryadhana
Dibalut dengan sutera milik Aphrodyte
Berisikan jerohan bangkai
Dikemas dengan jargon madu
Disuguhkan bersama cap "HALAL"

Aha..apa kau pernah dengar cerita ini
Mungkin diadopsi dari cerita tukang besi
Mereka yang bermain api
Kita kebagian panasnya

Bangku bengkok itu jadi saksi
Dan pelipis Tyson yang kita pinjam tadi
Akan terpakai berulang kali
Sampai kita tahu diri



by a_thief

Friday 13 August 2010

Ismanto Lihawa,Mata Baru Suduthati.co.cc

Tagline "come and see the world through my eyes", sepertinya harus segera direvisi menjadi "come and see the world through our eyes", karena blog suduthati.co.cc kedatangan penghuni baru yg akan membantu saya mencoretkan beberapa megabita data dalam media catatan web (weB LOG).

dgn model rambut terkini (perhatikan hair gelnya :D)
Dialah Ismanto "Athief" Lihawa, tentang apa atau darimana asal kata imut-imut -dan sangat marketable di kalangan pecinta sinetron-sinetron Cinta Fitri, Luv, Melati Untuk Marvel (eh,apa lagi sih judul sinetronnya...?)-  "Athief" yg mencuat dari tengah-tengah namanya saya juga tidak begitu paham, sebaiknya anda tanyakan langsung saja atau nanti bisa kita buat trending topic atau bahkan simposium nasional khusus untuk membahas nama "Athief", hehehe *nyengir kuda*.

Lagi-lagi soal misteri, sering muncul kekaguman saya pikiran-pikiran brilian, jenial, post-normal bisa muncul bertunas dari tanah yg terluput dari diskusi-diskursus kita yg nyaman bergelimpangan (deu) di kota-kota besar (dan sering muncul di sinetron). Well, kalau begitu, sekali lagi, sambutlah Ismanto "Athief" Lihawa, yg muncul dan bertunas di dan dari Gorontalo -siapa yg bisa tunjuk tempatnya di peta angkat tangan (hehehe)- saya kenal dari sebuah forum dunia online dan berlanjut dalam urusan bisnis kelapa. Masih kuliah di Fakultas Hukum, dan yang sering mengejutkan saya dengan betapa profisiennya ia berbicara soal hukum, maaf, jauh melebihi beberapa teman saya yg kuliah di tempat mencorong bernama Hukum UNAIR, juga mengasyikkan menyimak ia sangat menikmati mengikat kata dan makna dari materi-materi sastra, beberapa diantaranya kelas berat, lalu merangkainya dalam nas-nas mengharu biru (lihat saja Facebook-nya), tak berlebihan kalau saya sebut ia masuk dalam genre "post-romantic", romantisme sesudah romantisme (dan juga betapa gadis-gadis dibuatnya melayang-layang,meski tanpa sengaja,hehehehe).

Ia akan jadi perimbangan tepat bagi gaya Arek Suroboyo saya yg seringkali keras dan terlalu to the point, Athief akan menyajikan sudut pandang baru bagi anda, ia akan menjadi mata anda yg lain di blog ini.

Oke, sudah lebih dari cukup alasan mengapa ia harus ada di suduthati.co.cc, simak tulisan-tulisannya yg akan muncul setelah ini.

Thursday 20 May 2010

About Me

Saya Tunjung Utomo,kelahiran tahun 1981,mendirikan dan menjalankan usaha yg saat ini masih masuk ke kategori UKM (semoga nantinya naik menjadi UB),menikah,anak kami akan lahir sebentar lagi. Lahir dan besar di Surabaya di sebuah kampung bernama Mojo,seorang "arek Suroboyo",tentu itu berpengaruh pada gaya tulisan saya yg cenderung to the point,don't you think? :) Mari,saya undang anda untuk bersama saya menyelami dunia dan isinya serta,bila anda bersedia,mencurahkan apa yg terlintas di pikiran,bismillah :).


Silahkan kontak saya di
email : maximum.tunjung@gmail.com
YM : maximum_tunjung

Soal Keharaman Mengemis,Part 3 -Menyalurkan Bantuan Melalui Lembaga


Lalu oleh Pak A Nizami ditanggapi lagi :

Sekedar meluruskan.
Dalam Al Qur'an justru kita diperintahkan untuk memberi kepada orang miskin baik dia meminta atau pun tidak.

Silahkan dipelajari ayat2 Al Qur'an berikut:

"dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu
bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)" [Al Ma'aarij:24- 25]

"Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian" [Adz Dzaariyaat:19]

Berbuat kebaikan adalah bersedekah pada orang2 termasuk orang-orang yang meminta-minta:

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." [Al Baqarah:177]

Jadi aneh jika nanti orang yang bersedekah ditangkap karena melanggar aturan.

Menghardik orang yang meminta saja haram. Apalagi menangkapnya:

"Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. " [Adh Dhuhaa:10]

Dan kemudian saya tanggapi lagi seperti ini :

Lagi-lagi saya tekankan,meminta harus kita bedakan dengan meminta-minta yang dijadikan sebagai pekerjaan atau gantungan hidup yang kita sebut sebagai "mengemis".Meminta tidak ada salahnya jika memang membutuhkan,dan kita sebagai pemberi tidak ada salahnya ketika memberi.Namun yang sedang kita bicarakan disini adalah "mengemis" yaitu sebuah bentuk meminta-minta yang lebih jauh dan konotasinya dijadikan sebagai profesi/gantungan hidup sehari-hari,tekanannya disitu.

Namun sebagaimana anjuran Rasul untuk melakukan segala sesuatu dengan ihsan (sebaik-baiknya),kita harus mengusahakan apapun yang kita lakukan agar sebaik-baiknya,termasuk memikirkan bagaimana nantinya sedekah kita dapat memberi manfaat maksimal.Dalil-dalil yang ada menjadi pegangan utama,namun untuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita diberi peluang untuk memaksimalkan amalan dengan menyesuaikan teknis pelaksanaannya agar sesuai dengan kondisi masyarakat.Sehingga mari kita lihat kondisi masyarakat kita.

Sebelumnya sudah saya sertakan kutipan aneka liputan mengenai kondisi ekonomi sebenarnya dari para pengemis.Pun,tulisan yang mengawali thread ini juga sudah menyebutkan penghasilan per hari dari para pengemis bisa mencapai Rp.45.000,-,jika sebulan rata2 ia "bekerja" selama 24 hari (hari minggu libur) maka penghasilannya = 24 x 45.000 = 1.080.000 = sudah diatas UMR sebagian besar propinsi di Indonesia,saya pernah magang di sebuah perusahaan PMA Jepang di daerah Pasuruan,dengan jam kerja 8-9 jam sehari,dan peraturan ketat serta sering lembur,seorang lulusan S1 yang baru masuk saja hanya digaji Rp.995.000,-.Itu seorang lulusan S1 yang bekerja di sebuah pabrik yang "terhormat",lalu bagaiman para pengayuh becak,sopir angkot,loper koran,pedagang kaki lima,penarik bajaj,tukang ojek.Yang jelas-jelas mereka memeras pikiran dan tenaga untuk sebuah kerja nyata,ternyata penghasilan mereka sama bahkan lebih kecil dari penghasilan para pengemis,adilkah itu?

Jalanan dengan lebih sedikit jumlah pengemis tentu akan lebih baik daripada jalanan dengan banyak pengemis bukan?Tentu,nanti akan ada yang bilang "ah jalanan ga ada pengemis,tapi pejabat pada mengemis ya sama saja",oke itu salah,tapi satu kesalahan tidak membenarkan kesalahan lain untuk perkara yang berbeda.Dalam hukum fiqih dikenal kaidah,jika sesuatu itu tidak bisa dipakai secara menyeluruh maka bukan berarti tidak dipakai semuanya.Dalam kasus ini,jika ada kebaikan yang tidak bisa diusahakan,bukan berarti kita tidak mengusahakan kebaikan sama sekali,jika diatas sana banyak pejabat berperilaku pengemis,ya tetap kita tegur,tapi mari tetap kita usahakan untuk juga menegur dan mengurangi perilaku mengemis dibawah sini.

Dari sudut pandang kita sebagai pemberi,dari banyak jenis sedekah,yang menempati level paling tinggi adalah sedekah yang sifatnya jariyah,yaitu sedekah yang memberi manfaat jangka panjang,dimana selama sedekah kita itu masih dirasakan manfaatnya maka selama itu pula pahala terus mengalir pada si pemberi sedekah.Selain itu bukan berarti tidak ada pilihan untuk bersedekah "wong sedekah kok dilarang",sudah sangat banyak kanal untuk menyalurkan bantuan kita dalam aneka bentuknya.Dan tentu kita tahu kaidah dasar,lebih baik memberi kail daripada memberi ikan,juga berlaku disini bantuan yg kita berikan sebisa mungkin dikelola untuk suatu yang sifatnya pemberdayaan,sehingga pada gilirannya,insyaAlloh,para
peminta-minta dipinggir jalan dapat kita bantu untuk dapat mengangkat nasibnya sendiri,alangkah mulianya bagi si pemberi maupun si penerima.

Untuk itulah didirikan aneka lembaga pemberdayaan masyarakat,untuk umat muslim ada lembaga-lembaga amil zakat profesional yang bertugas mengelola sedekah dan infaq dari ummat dengan jalan bagaimana sehingga dana tersebut dapat memberikan manfaat maksimal.Tidak sulit untuk menemukan lembaga seperti di sekitar kita sekarang,bahkan banyak diantara lembaga amil zakat itu yang sudah punya jaringan nasional dengan aneka fasilitas seperti jemput zakat dan lain sebagainya.

Tentang Keharaman Mengemis,Part 2 -Soal Kriminalisasi


Lalu ada sebuah sanggahan dari Pak A Nizami :

Menurut saya tidak perlu mengemis atau meminta2 sampai dikriminalisasi. Toh Nabi dan sahabat tidak pernah menghukum orang karena mengemis/minta2. Cukuplah itu sekedar sanksi moral saja.

Toh kita juga tidak tahu apakah orang mengemis/minta2 itu karena butuh atau sebetulnya sudah kaya/profesi.

11,5 juta rakyat Indonesia kena busung lapar dan beberapa di antaranya meninggal:
http://infoindonesia.wordpress.com/2008/03/17/dari-sabang-sampai-merauke-rakyat-indonesia-mati-kelaparan/

6 juta rakyat harus mencari kerja di luar negeri dgn resiko disiksa karena di sini sulit mencari kerja.

Dan saya juga pernah membaca bahwa pejabat yang minta agar pengemis itu diharamkan, perusahaannya justru mendapat/mengemis dana BLBI/KLBI sampai trilyunan rupiah.\

Yang kemudian saya tanggapi lagi berikut ini :

Mengatakan sesuatu itu haram tidak berarti meng-kriminalisasi,hukum kriminal ya berlakunya untuk perkara kriminal,durhaka pada orang tua misalnya,haram tapi bukan berarti berlaku hukum kriminal pada pelaku-nya.

Betul kita tidak tahu,maka bukankah lebih baik untuk mencari tahu.Tidak punya waktu untuk cari tahu?maka mari kita serahkan dan salurkan bantuan melalui lembaga-lembaga yang memang menyediakan waktu untuk mencari tahu dan mengurusi masalah-masalah semacam itu semisal lembaga amil zakat,lembaga sosial,lembaga pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya.

Bahwa ada pejabat yang perusahaannya anda anggap mengemis,itu perkara berbeda,kesalahan pejabat tidak membuat ummat halal melakukan kesalahan,kesalahan pejabat itu kita tegur,kesalahan ummat juga kita tegur.Seperti yang saya tulis sebelumnya,tanggung jawab untuk melaksanakan ajaran agama,terutama untuk hal-hal dasar ada pada masing-masing pribadi,tidak bisa dialihkan pada orang lain.

Tentang Keharaman Mengemis


Ini saya menanggapi Pak Suherman Chaniago,di sebuah thread di mailing list Forum Pembaca Kompas

Pertama-tama Pak Suherman yang budiman, mohon perhatikan bahwa saya menggunakan kata "mengemis" bukan kata "meminta",dalam artian mengemis yang saya sebutkan disini adalah mengemis seperti yang kita pahami dalam budaya dan masyarakat kita,atau setidaknya yang saya pahami,yaitu menjadikan kegiatan meminta-minta sebagai gantungan hidup sehari-hari. Dengan demikian,meminta bantuan pada orang lain dengan secara insidentil,dan tidak menjadikannya sebagai mata pencaharian atau gantungan hidup tidak termasuk dalam apa yg saya maksud.

Baiklah ini beberapa nash yang saya maksud :

"Artinya : (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat oleh jihad di jalan Allah mereka tidak dapat berusaha di muka bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang-orang kaya karena menahan diri dari meminta-minta" [Al-Baqarah : 273]

dalam ayat ini dijelaskan,bahwa justru orang yang menahan diri dari meminta-mintalah yang kita dahulukan untuk kita bantu.

Hadits Ibnu Umar dari Rasulullah, beliau bersabda.

"Artinya : Senantiasa seseorang meminta-minta hingga ia datang pada hari kiamat tanpa membawa sekerat dagingpun di wajahnya" [Muttafaqun 'Alaihi]

Hadits Az-Zubeir bin Awwam dari Rasulullah beliau bersabda.

"Artinya : Sekiranya salah seorang dari kamu membawa tali lalu pergi ke bukit untuk mencari kayu, kemudian ia pikul ke pasar untuk menjualnya demi mejaga kehormatannya, niscaya yang demikian itu lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi maupun di tolak" [Hadits Riwayat Musim]

Hadits Abu Hurairah dari Rasulullah beliau bersabda.

"Artinya : Barangsiapa yang meminta-minta untuk memperbanyak hartanya, tiada lain ia hanyalah memperbanyak bara api kemudian terserah kepadanya akan memperbanyak bara api tersebut atau menguranginya" [Hadits Riwayat Muslim]

Hadits Habsyi bin Junadah dari Rasulullah beliau bersabda.

"Artinya : Barangsiapa yang meminta-minta bukan karena kefakirannya, maka seakan-akan ia telah memakan bara api" [Hadits Riwayat Ahmad]

Dua hadits terakhir ini berhubungan dengan pengemis yang tidak benar-benar miskin seperti yang saya maksud dalam tulisan saya dan kemudian ditanggapai oleh email saudara Iwan.


Dari Qabishah bin Al Mukhariq Al Hilaly, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda, “Hai Qabishah, meminta-minta tidak dihalalkan kecuali bagi tiga orang : Pertama, seorang yang memikul tanggungan hamalah [hutang yang ditanggung dalam usaha mendamaikan 2 pihak yang bertikai], maka ia boleh meminta bantuan hingga ia dapat menutupi hutangnya kemudian berhenti meminta. Kedua, seorang yang tertimpa musibah yang meludeskan seluruh hartanya, maka ia boleh meminta bantuan hingga ia memperoleh apa yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Ketiga, seseorang yang ditimpa kemelaratan, hingga 3 orang yang berakal dari kaumnya membuat persaksian : “Si Fulan telah ditimpa kemelaratan”, maka ia boleh meminta bantuan hingga ia memperoleh apa yang dapat memenuhi kebutuhannya. Selain dari 3 itu hai Qabishah, hanyal barang haram yang dimakan oleh si peminta-minta sebagai barang haram.” [HR Muslim 1044]

hadits terakhir ini terutama di poin ke-3

Ketiga, seseorang yang ditimpa kemelaratan, hingga 3 orang yang berakal dari kaumnya membuat persaksian : “Si Fulan telah ditimpa kemelaratan”

menjadi dasar perlunya memberikan sedekah secara terorganisir,bukan secara orang-perorangan dan secara langsung diberikan pada orang yang kita lihat di jalan-jalan.Bagaimana mungkin kita bisa mendapat persaksian dari 3 orang yang berakal (menguasai masalah,cerdik) terhadap ribuan orang miskin yang hidup di negara kita kalau tidak didahului dengan survei,pencatatan dan verifikasi,yang itu berarti perlu adanya suatu organisasi atau lembaga.

Mengapa perlu fatwa?sama seperti ketika beberapa waktu lalu MUI Jawa Timur mengeluarkan fatwa keharaman mencemari sunga Kali Brantas. Dalam kasus tersebut juga sebenarnya telah jelas dalil-dalil yang melarang kita untuk berbuat kerusakan dalam hal apapun.Tapi seiring dengan semakin berkembangnya variasi teknis dari masalah yang dihadapi,nash-nash yang berkaitan dengan dasar-dasar ide untuk tidak berbuat kerusakan seolah tenggelam,sehingga fatwa MUI tersebut,menurut saya,lebih bersifat sebagai memperjelas dan mengingatkan kembali masyarakat terutama para pemeluk Islam bahwa masalah yang dihadapi ada tuntunannya dalam agama.

Demikian pula dengan fatwa keharaman mengemis yang pertama kali dikeluarkan oleh MUI Sampang,Madura untuk menyikapi fenomena mengemis yang semakin mengejala menjadi profesi di daerah tersebut.MUI Madura merasa perlu menyikapinya dengan mengingatkan kembali ketentuan agama yang mengatur soal itu.

Saya kurang paham dengan mekanisme pembahasan masalah di MUI,tapi setahu saya Fatwa tidaklah harus berupa ijtihad atau sesuatu yang harus diolah terlebih dahulu,bisa juga hanya berupa seruan atau ta'mim yang didalamnya disebutkan dasar-dasar nash yang mengatur seruan tersebut.

Demikian.Wallohua'lam bis shawab

Tentang Tentangan Pada Biofuel


Biofuel adalah SOLUSI JANGKA PENDEK dan TIDAK BISA BERDIRI SENDIRI,ini yg mesti dipahami untuk mencegah kesalahpahaman. Munculnya banyak tulisan yg mengkritik biofuel justru memacu kerusakan lingkungan adalah karena ekspektasi tidak proporsional bahwa biofuel adalah jawaban dari permasalahan energi dunia. (CV DUA MITRA,bio-alternative solutions).

Biofuel tetaplah berbasis hidrokarbon,yg membuatnya tetap akan menghasilkan emisi karbon.Sasaran kebijakan energi alternatif dunia adalah bahan bakar rendah emisi karbon.Dimana sumber energi yg nantinya kita gunakan diharapkan tidak lagi menghasilkan atau amat sedikit menghasilkan emisi karbon (yg merupakan kontributor terbesar pemanasan global),seperti yg kita lihat pada konsep fuel cell,photovoltaic cell,wind power electricity generator dll.

Namun mengapa tetap layak mengembangkan proyek biofuel?Adalah konsep nett atmospheric carbon yg membuatnya layak,yaitu jumlah carbon yg sudah berada di atmosfer baik itu yg tersedia bebas maupun yg terikat didalam biomass.Membakar bahan bakar berbasis biomass tidak akan menambah angka nett atmospheric carbon,bandingkan jika terus menggunakan bahan bakar berbasis fossil,maka litospheric carbon atau karbon yg terikat didalam lapisan tanah,akan kita pindahkan ke atmosfer sehingga angka nett atmospheric carbon pun akan meningkat.

Penelitian lanjutan juga telah menghasilkan biofuel generasi ke-2 dan 3 dimana biomass yg digunakan terus diusahakan untuk semakin nature friendly dan social friendly.Semisal biofuel yg dihasilkan dari tanaman yg sesedikit mungkin menggunakan lahan produktif (bio friendly) dan bukan merupakan tanaman yg berhubungan dengan konsumsi pangan masyarakat,and thus society friendly.

Secara makro,tentu saja upaya pengembangan biofuel hanyalah sebagian kecil dari upaya pengembangan energi alternative secara keseluruhan.

Oleh-Oleh Dari Sulawesi Utara



Assalamualaikum...
Eit,tunggu dulu.oleh-oleh disini bukan berupa barang,aalagi uang
loh :),tapi lebih berharga dari itu yaitu insight atau pencerahan.
Alhamdulillah selama 6 hari (rabu-selasa 22-26 Maret 2009) kemarin saya berada di
tanah nyiur melambai Sulawesi Utara. Tujuan saya dan partner
kesana adalah untuk mencari bahan baku produk kami yang
memang berhubungan dengan kelapa.Awalnya ada pemikiran untuk
sekedar menjalankan peran kami sebagai perusahaan trading,yaitu
hanya sebatas membeli produk dan membawanya ke Surabaya
untuk dijual.Setelah berdialog dengan salah satu petani senior
disana kami kemudian malah sepakat untuk berbuat lebih jauh
dengan mendirikan sebuah pabrik kecil di lokasi,tentu karena secara
bisnis lebih menguntungkan juga memberi nilai tambah bagi petani
disana.
Lebih dari itu kami dapati curhat dari salah satu tokoh masyarakat
disana,bahwa Sulut kaya akan lahan subur (dan memang saya lihat
sendiri) tapi kurang sekali manusia yang mau menggarapnya,beliau
bahkan menawarkan kepada siapa saja yang ingin menggarap lahan
punyanya dengan sistem bagi hasil.
Maka dari itu pada teman-teman yg berminat usaha di bidang yg
berhubungan dengan pertanian maupun perikanan/kelautan,sangat
direkomendasikan untuk pergi dan melihat peluang di Sulawesi
Utara.Termasuk apabila tertarik untuk menggarap lahan,bisa saya
hubungkan dengan bapak tersebut,free of charge dan tidak perlu
ngasih fee samasekali pada saya.Saya cuma ingin membantu dan
ikut mempromosikan keindahan dan kesuburan tanah nyiur
melambai yang menyajikan begitu banyak peluang

Wednesday 22 April 2009

Benarkah Golput Pemenang Pemilu?


Banyak yang beranggapan,baik secara guyon maupun yang serius dan ideologis,bahwa golongan putih alias golput,sebutan yang diberikan kepada mereka yang terdaftar sebagai pemilih namun tidak menggunakan hak pilihnya,yang memangkan Pemilu legislatif 2009.Para advokat sikap golput pun merasa menang dengan berbagai alasannya.

Tapi,secara statistik dan rasional,benarkah memang golput yang menang?

Sampai sekarang satu-satunya data yang sampai pada publik adalah yang menyebutkan bahwa jumlah pemilih terdaftar yang tidak menggunakan hak pilihnya adalah berkisar di angka 30-40% berdasar data survei quick count yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei,dan itu hanyalah data yang didapat berdasar survei di TPS-TPS,belum ada data resmi dari tabulasi KPU.

Jadi secara statistik,belum bisa dibilang golput yang menang,semua baru perkiraan.

Pun,katakanlah jika memang angka golput nantinya benar-benar terpancang di,katakanlah 35% yang itu berarti jauh lebih besar dari data sementara perolehan suara terbesar Paratai Demokrat (20%),benarkah dapat dikatakan golput menang?Beberapa lembaga survei maupun lembaga penelitian dari kalangan kademik sejak jauh hari sebelum Pemilu legislatif dimulai telah mulai melakukan beberapa survei untuk menlisik fenomena potensi golput ini.Diantaranya yang dapat kita jadikan pembanding adalah hasil survei LSI terhadap golput dalam Pilkada Gubernur Jakarta menyatakan Pertama, alasan teknis, misalnya, orang itu sakit atau memiliki keperluan, sehingga tidak bisa datang ke bilik suara pada hari H (39%). Kedua, alasan administratif, yakni, orang tersebut tidak terdata (38%). Ketiga, alasan politis, sebut saja, tidak percaya pemilu, tidak ada calon favorit, sebagai bentuk protes atas ketidakberesan birokrasi, dsb. (16%).

Jadi didalam tubuh golput sendiri juga terdapat "partai-partai",dan mestinya beda-beda alasan seorang golput ini juga mesti kita masukkan dalam analisan,tentu tidak adil kalau 34 partai peserta pemilu cuma ditandingkan dengan "partai" golput yang cuma dianggap sebagai satu suara,karena baru adil bila suara golput ditandingkan dengan suara "tidak golput",dan jelaslah ternyata angka yang tidak golput mencapai 65% (dengan asumsi suara golput 35%).

Kalau seandainya,secara bergurau,"partai golput" mengadakan mukernas,belum tentu mereka mampu menyatukan suara.Karena,berdasar survei saya pribadi,alasan teman-teman yang memilih golput juga sangat beragam.Untuk mereka yang memilih golput karena alasan idealisme,teman saya yang aktivis sosialis dari salah satu organisasi serikat buruh berlambang bintang dan roda gerigi mengatakan pemilu sangat tidak kerakyatan,sedangkan teman saya aktivis salah satu organisasi keislaman menyatakan golput karena menyatakan "pemilu tidak sesuai dengan Islam",nah dari salah dua saja dari banyak "anggota" golput yang kebetulan saya tanyai saja sudah begitu beragam bahkan berseberangan dan bertentangan alasannya.

Lebih jauh,apabila golongan putih ini disurvei dan di list secara lengkap apa saja alasan mereka untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu kali ini,prediksi saya berdasrkan data dari pemilu 1999 dan 2004 maka akan muncul belasan bahkan puluhan sub-golongan dalam golongan putih.

Jadi benarkah memang golput pemenang Pemilu?

Karena ternyata ada juga partai golput idealis,partai golput islami,partai golput sosialis,partai golput cuek,dan partai golput-partai golput lainnya.Suara partai-partai golput ini ternyata kalau tidak juga signifikan bila dibandingkan dengan perolehan partai-partai peserta pemilu.

Beda-beda alasan golput ini mestinya kita jadikan masukan sebagai analisa tentang realitas pandangan politik warga bangsa ini,bukannya memukul rata,meng-over-simplifikas
i-kannya,dan kemudian dengan serampangan membawanya sebagai satu komoditas politik untuk sekedar menjadi pembenar bagi penilaian sebagian pihak bahwa Pemilu telah gagal.

Teman-teman yang memilih,dan meng-advokasi-kan,golput mesti mawas diri dengan ini,karena kita akui atau tidak,angka-angka masih menunjukkan bahwa rakyat,setidaknya secara nominal,masih percaya pada sistem penyelenggaraan negara yang ada saat ini.

Pemerintah,KPU,partai-partai juga harus mawas diri dengan angka golput,yang meski masih belum signifikan bila dibanding dengan perolehan suara partai-partai,dari pemilu 1999-2009 ini terus menunjukkan pningkatan serius.

Mari sama-sama kita pikirkan.

Salam,smile always :)

Friday 13 March 2009

Totalitas Total Football


Oke,seperti yang teman-teman tahu, saya jarang memposting tulisan orang lain dalam blog saya,tapi kali ini saya merasa perlu "mengabadikan" tulisan Liza Arifin ini karena menurut saya inilah salah satu dari sedikit tulisan yang bermutu tentang sepakbola.


Catatan Sepakbola

Totalitas Total Football
Liza Arifin - detiksport


London
- Total Football bagi saya adalah sistem permainan sepakbola yang paling menarik. Tetapi memahami Total Football ternyata tidak segampang yang saya duga. Berulangkali membaca berbagai literatur dan artikel sepakbola, susah menemukan penjelasan mengapa dan bagaimana Total Football muncul. Hanya dengan memahami mengapa dan bagaimana, kita bisa memahami esensi sesuatu.

Yang standar tentu saja kita tahu bahwa sistem ini pertama kali muncul di Belanda dengan permainan bertumpu pada fleksibilitas pertukaran posisi pemain yang mulus. Posisi pemain sekadar kesementaraan yang akan terus berubah sesuai kebutuhan. Karenanya, semua pemain dituntut untuk nyaman bermain di semua posisi.

Penjelasan paling memuaskan malah bukan saya dapat dari orang Belanda, melainkan seorang penulis Inggris yang tergila-gila dengan sepakbola Belanda. David Winner menulis buku yang kalau diterjemahkan bebas kira-kira berjudul, "Oranye Brilian -- Jenius dan Gilanya Sepakbola Belanda".

Orang Belanda sendiri sampai terkagum-kagum dan mengatakan, ''Ah, jadi begitukah cara berpikir kami.'' Banyak pemain bola Belanda seperti tersadarkan pada sosok yang berada di dalam kaca ketika mereka bercermin.

Winner tidak membahas sepakbola semata. Menurutnya Total Football hanyalah pengejawantahan ''psyche'' paling dasar warga Belanda dalam memahami kehidupan. Benang merah Total Football juga ada dalam karya seni, arsitektur, dan bahkan tatanan sosial budaya masyarakat Belanda.

Berlebihan? Mungkin. Namun penjelasannya sungguh masuk akal.

Kita semua tahu ukuran lapangan sepakbola lebih kurang sama di mana-mana, sehingga ruang permainan selalu sebenarnya sama. Tapi orang Belanda sadar bahwa ruang juga adalah persoalan abstrak di dalam kepala. Membesar dan mengecilnya ruang tergantung pada cara mengeksploitasinya.

Total Football, demikian jelas buku itu, adalah persoalan ruang dan eksploitasinya itu, bukan yang lain. Fleksibilitas posisi pemain, pergerakan pemain, semuanya adalah konsekuensi dari upaya untuk menciptakan ruang agar bisa dieksploitir semaksimal mungkin.

Prinsip dasarnya sebenarnya sangat sederhana. Besar kecilnya lapangan sepakbola walau ukurannya sama, tetapi di benak bisa berubah tergantung siapa yang bermain di dalamnya.

Misalnya, begitu pemain Belanda menguasai bola maka mereka akan membuat lapangan seluas mungkin. Pemain bergerak ke setiap jengkal ruang yang tersedia. Di benak lawan lapangan akan tampak begitu lebar.

Atau, begitu lawan menguasai bola, ruang harus dibuat sesempit mungkin. Pemain yang terdekat dengan pemain lawan yang menguasai bola dituntut untuk menutupnya secepat mungkin, tidak peduli apakah itu pemain bertahan atau bukan. Bisa satu bisa dua, bahkan tiga. Tekanan harus dilakukan secepat mungkin bahkan ketika bola masih ada di jantung pertahanan lawan. Lawan terjepit dalam benak bahwa lapangan begitu sempit.

Memperlebar atau mempersempit ruangan di benak lawan tentu bukan barang mudah. Harus ada kemampuan untuk mencari ruangan. Pergerakan yang kompak. Cara mengumpan bola yang eksploitatif atas ruang yang tersedia, entah melengkung, lurus, melambung, dll. Pendeknya dibutuhkan pemahaman geometri ruangan yang tidak sederhana.

Persoalannya adalah, mengapa hal ini tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya? Dan mengapa orang Belanda yang bisa melakukannya?

Jawabnya, menurut buku itu, didapat dari kondisi alam Belanda.

Bangsa Belanda secara intrinsik bangsa yang spatial neurotic (tergila-gila oleh ruangan ataupun pemanfaatannya). Kondisi alam memaksa mereka demikian. Lima puluh persen tanahnya berada di bawah permukaan laut. Sementara sisanya terlalu sempit untuk jumlah penduduk yang berjubel.

Terus menerus bangsa ini melakukan reklamasi untuk memperluas daratan. Dengan sadar persoalan tanah mereka atur dengan sangat disiplin dan ketat. Eksistensi bangsa ini tergantung bagaimana mereka merawat tanah yang tak seberapa mereka punya. Kanal, selokan air, bendungan kecil dan besar, teratur rapi membelah setiap jengkal tanah yang mereka punya.

Belanda hingga saat ini adalah negara paling padat dalam ukuran per meter persegi, dan pengaturan tanahnya adalah yang paling teratur di muka bumi.

Namun seberapa pun mereka mencoba, seberapa pun disiplinnya, tanah tidak akan pernah cukup tersedia.

Lalu apa yang dilakukan?

Jawabnya ada di daya khayal, di benak, di alam abstraksi. Di samping secara fisik mereka mencoba memperluas wilayah darat mereka, mereka juga menciptakan ruang yang luas dialam khayal mereka.

Kalau Anda kebetulan datang ke Eropa, bandingkanlah tata kota Belanda dengan negara lain. Kita akan segera sadar bahwa Belanda memang lebih sempit tapi tata kotanya dibuat sedemikian rupa rapi, sehingga terasa sangat longgar. Dibanding negara manapun di dunia, tata kota di Belanda adalah yang paling kompak di dunia.

Arsitektur bangunannya, baik yang tua maupun modern, terasa sangat inovatif, dengan sudut yang sering tidak normal, bentuk bangunan yang tidak umum, aneh, tetapi kesannya selalu sama—longgar dan lapang. Karena semua lekuk ketidaknormalan adalah bagian dari upaya untuk menciptakan ruang tambahan di alam khayal tadi.

Bahkan benak juga dilonggarkan untuk urusan norma sosial. Kalau etika Protestan semarak di Belanda di awal kelahirannya, sangatlah bisa dimengerti. Mereka secara instingtif akan memberontak terhadap segala sesuatu yang sifatnya mengukung. Dalam kasus kelahiran Protestan tentu saja pemberontakan atas kungkungan ajaran Katolik saat itu.

Proses itu terus berlanjut hingga sekarang. Kita tahu norma sosial Belanda adalah yang paling longgar di Eropa. Kelonggaran yang tetap diatur. Misalnya, mainlah ke Vondell Park di Amsterdam, bolehlah Anda menghisap ganja atau mariyuana dengan santai. Padahal di negara lain sembunyi-sembunyi pun Anda tidak boleh.

Jejak-jejak spatial neurotic ini bisa kita temukan dengan mudah di karya-karya seni mereka bahkan di kehidupan politik, tetapi kembali ke persoalan sepakbola, mentalitas pemain sepakbola juga sama persis. Ketika mereka turun ke lapangan, benak mereka selalu bermain-main dengan keinginan untuk menciptakan ruangan selonggar mungkin, lalu mengeksploitasinya.

Ketika Rinus Michel membawa Ajax menjadi juara Piala Champions tahun 1971, Eropa tersadarkan sebuah sistem baru yang mulai sempurna telah lahir. Sistem yang lahir dari psyche orang Belanda yang tergila-gila dengan ruang dan pemanfaatannya. Dan ketika Michel membawa Belanda ke final Piala Dunia 1974 lahirlah istilah Total Football.

Total Football sendiri sebenarnya meminjam penamaannya dari gerakan sosial yang digagas para arsitek-filosof terkemuka Belanda sekitar tahun 1970-an. Sebuah gerakan bernama Total. Memahami kehidupan perkotaan secara menyeluruh: mengatur urbanisasi, lingkungan, dan pemanfaatan energi dalam satu totalitas. Agar ruang yang tersedia di Belanda bisa termanfaatkan secara maksimal. Dan sepakbola adalah sebuah hiburan bagian dari pendekatan yang menyeluruh itu. Totalitas. Namanya: Total Football.



===
*
Penulis adalah wartawan detikcom, tinggal di London.

Friday 6 March 2009

Semangat FOSS = Menjadi Pengemis??


Menanggapi tulisan Pak Bernaridho I. Hutabarat di rubrik viewpoint PC Media Edisi 03 tahun 2009.

Opini tetap opini,itu sah dan dijamin oleh UUD negara ini, dan saya sangat menghargai opini Pak Bernaridho. Tapi disisi lain,menjadi hak saya pula untuk mengemukakan opini saya terhadap segala sesuatu, termasuk opini saya terhadap opini yang lain.

Hal pertama yang terpikir oleh saya selesai membaca tulisan Bapak adalah : tidak korelatif.Ya,tulisan anda tidak mencantumkan penjelasan (setidaknya data singkat) yang dapat menghubungkan secara jelas antara semangat untuk berbagi dalam dunia IT yang diwakili oleh open source movement dengan kejatuhan ekonomi Amerika Serikat. Mari kita telisik di paragraf-paragraf berikutnya.

Publikasi-publikasi terkemuka dunia,juga para pelaku ekonomi dunia termasuk diantaranya salah dua orang terkaya di dunia, Warren Buffet, orang terkaya no.1 tahun 2008 versi Forbes (Kompas,23 September 2008) dan George Soros, sudah menyimpulkan dengan gamblang, bahwa akar jatuhnya ekonomi USA adalah krisis Subprime Mortgage. Krisis yang disebabkan oleh terlalu percaya dirinya kalangan perbankan disana akan kekuatan ekonomi dalam negeri sehingga secara serampangan memberikan kredit perumahan pada sembarangan orang, termasuk orang-orang yang sebenarnya tidak punya cukup penghasilan untuk melunasi angsurannya (Tempo,12 Oktober 2008).Kita tidak melihat peran FOSS movement dalam menyumbang andil pada krisis ini, termasuk apabila dikatakan bahwa FOSS menimbulkan semangat kepahlawanan berlebihan di kalangan industri US karena kita sama-sama tahu,salah satu pemerintah negara yang paling banyak menyerukan soal DRM,Copyright atau sejenisnya adalah pemerintah negara USA. Justru kehadiran FOSS mampu secara gradual menyurutkan penggunaan pirated software (software bajakan), yang itu artinya FOSS justru membantu pemerintah USA secara tidak langsung.

Dan ternyata, USA bukanlah tertinggibesar urutan FOSS dari segi jumlah pemakai, Indonesia malah mampu menyaingi (urutan 5 di dunia).Sehingga kurang korelatif untuk menyebut kerugian Ekonomi AS karena munculnya FOSS,mestinya -kalau memang FOSS movement lah penyebab anjloknya ekonomi USA- pengguna FOSS USA adalah terbesar di dunia. Perlu diingat juga, perkembangan dedengkot FOSS ,yaitu Linux,diprakarsai oleh orang Eropa (Linus Torvalds,Finlandia),bukan orang USA. Beberapa distro besar dunia juga diprakarsai dan dikembangkan di luar USA,Ubuntu (yg tercatat memilki pengguna terbanyak) yang diprakarsai oleh Mark Shuttleworth (orang Afrika Selatan) menjadi contoh paling sahih.Jadi dapat disimpulkan semangat dan gerakan open source bukanlah monopoli AS atau tidak dapat dikatakan demam open source (baca : semangat kepahlawanan) menjangkiti AS lebih dari negara lain.

Ternyata juga, apabila dikatakan perusahaan-perusahaan otomotif jepang tidak rugi sebagai pembanding industri otomotif US, tidak sepenuhnya benar. Toyota akhir Februari kemarin mengumumkan (untuk pertama kalinya dalam sejarahnya) kalau mereka mengalami kerugian penjualan pada tahun 2008, belum lagi Honda,Suzuki,Mitsubishi dan Subaru, yang terang-terangan menunjukkan pada dunia kalau mereka sedang dililit kesulitan dengan mengumumkan rencana mereka mundur dari keikutsertaan tim-tim pabrikan mereka di lomba-lomba otomotif paling top di dunia (Honda dari F1;Subaru dan Suzuki dari WRC;Mitsubishi dari reli Paris-Dakkar). Dan tentu anda tahu kalau Nissan Motor yang akhir-akhir ini performanya cukup mengkilat ternyata sahamnya sebagian dimiliki oleh Citroen dan dikomandoi oleh CEO dari luar Jepang bernama Carlos Ghosn, sehingga tdk lg dapat dikatakan murni perusahaan Jepang.Lagipula apa yang membuat perusahaan otomotif Jepang bisa mengalahkan kompetitornya dari AS? Apa karena banyaknya teknologi baru yang dikandung oleh mobil-mobilnya (Nissan X-Trail punya teknologi yang serba rahasia dan tidak dibagi-bagi,sehingga mampu mengalahkan penjualan Ford Escape?) ,teknologi yang dijaga begitu ketat kerahasiaannya sehingga tidak dibagi?Disisi lain teknologi otomotif apa yang dikontribusikan secara gratis oleh perusahaan-perusahaan otomotif AS sampai mampu mendorongnya ke jurang kehancuran?

Kesimpulannya,sebagaimana saya katakan dengan singkat sebelumnya,tidak cukup dalam (bahkan tidak cukup jelas) penjelasan terhadap korelasi-korelasi antara FOSS movement dengan krisis yang ditampilkan Pak Bernaridho dalam tulisan yang dimuat dalam PC Media edisi Februari 2009 tersebut.

FOSS, menurut saya, kalau dipandang lewat kacamata ekonomi gaya USA yg berpatokan pada teori Adam Smith dan David Ricardo bahkan bisa meningkatkan iklim bisnis karena lebih sesuai dengan teori trickle down effect dan diminishing return. Dengan membuat orang punya kesempatan untuk mengembangkan sendiri software (karena source-nya yang dapt dilihat oleh semua orang) sesuai kebutuhan,terbuka semakin banyak kesempatan bagi munculnya bisnis-bisnis baru dalam skala kecil dan menengah, trickle down effect. Juga mencegah jenuhnya satu ladang akibat satu petani yang sudah terlalu gemuk menguasai sebagian besar ladang, sesuai dengan law of diminishing return :).Richard Stallman sendiri juga tidak anti terhadap pendapatan melalui software kok, terbukti dari kalimat yang dikirimnya ke salah satu milis berikut :

I think it is ok for authors (please let's not call them "creators", they are not gods) to ask for money for copies of their works (please let's not devalue these works by calling them "content") in order to gain income (the term "compensation" falsely implies it is a matter of making up for some kind of damages)

Jadi, apa iya semangat berbagi (baca=FOSS movement) menjadi penyebab kejatuhan ekonomi Amerika Serikat?

Saturday 3 January 2009

The Ambivalent West


It make no sense at all when it comes to democracy that The West, especially the US, advocate, regarding to the Palestinian issue. Isn't democracy is about the right to determine one's own choice of aspiracy that build a nation, and when it comes to one of main instrument of demoicracy, the election, it also means one's right to determine their own choice of political aspiration?

And in the Palestine case,it's the choice of Palestine people to choose the Hamas in a free, west sponsored election. Where's that respect for the choice, even if Hamas is said to be wanting Israel out of the world map, still it is a choice. The same West attitude ring true when we see how they fare with the result of election in Bolivia, Venezuela, Iran, Nicaragua.

But when it comes to Palestine,the West have even gone too far by letting one nation spilling other nation's people blood by the reason that should have been kept as Palestine's internal issue.How could someone be authorized to attack other country,let alone killing many innocent people,just because that someone disagree with one party's,which happens to rule through a fair procedure,political stance toward him??Not even the mighty People's Republic of China dare to attack Taiwan (or Chinese Taipeh as they been called in PRC) when full-independence-advocating-Chen Sui Bian raise as Taiwan's President,for, one of the reason,the US immediately throw it's warning against China's alleged agression.

So how come The West cockily, and bluntly hurt it's own so-called-pledge of democracy by issuing warnings such as suspension of humanitarian and financial aid for Palestine just because Hamas won the election.Not even the West put any consideration when Hamas clearly shows their will to be more pragmatics in issues regarding relation with Israel.What's the different of the situation with what happened when the Islamist AKP won secular Turkish election, what's the different with what happened when leftist Evo Morales won Bolivian election.

Where are West's respect of principles of democracy that they themselves declare and advocate??