Tuesday, 4 November 2008

Hamilton vs Alonso, Senna vs Prost Part 2??


Hehehe,akhirnya saya tidak tahan juga untuk tidak menulis,sebenarnya sudah 3 tahun ini ingin menulis segala sesuatu tentang F1 dan sepakbola,mulai sekarang akan saya luapkan dengan bebas.Ya,saya suka sepakbola dan balapan F1,tapi apa saya memujanya secara berlebihan?rasanya tidak,ini akan terlihat dari tulisan-tulisan saya,silahkan membaca selamat menikmati.
Oke,back to topic,silahkan buka aneka situs soal sejarah F1,atau bisa juga anda sudah cukup ingat ketika persaingan hebat itu terjadi,persaingan yang melegenda bahkan menjadi sebuah saga rivalitas dalam benak para penggemar F1.Persaingan yang dimaksud adalah persaingan 2 diantara pembalap terhebat yang pernah dimiliki ajang F1, Alain Prost dari Prancis kontra mendiang Ayrton Senna dari Brazil.

Kenapa rivalitas itu begitu melegenda?pertama tentu saja karena Prost dan Senna adalah pembalap-pembalap F1 terbaik di era itu,bahkan mungkin sampai sekarang,dengan gaya balap yang bertolak belakang.Kedua,begitu sengitnya persaingan hingga terbawa sampai menjadi perseteruan pribadi antara dua pribadi yang juga bertolak belakang itu.Ayrton Senna yang kalem diluar lintasan adalah pribadi sanguinis yang menjadikan balapan sebagai sarana menemukan batas-batas pribadinya,ia membalap dengan agresif mengandalkan intuisi dan gairah yang meluap-luap.Sementara Alain Prost dijuluki 'The Professor' karena gaya balapnya yang kalem dan kemampuan teknisnya untuk menentukan setting mobil yang pas dan menentukan strategi serta taktik sepanjang tiap balapan.

Ketika menjadi team mate di McLaren pada musim balapan 1988 (Senna dikontrak atas rekomendasi Prost pada Ron Dennis),berdasar statistik balap keduanya,Prost dianggap sebagai raja F1 saat itu,dan Senna adalah rising star alias putra mahkota F1,dua bakat besar dan pribadi bertolak belakang ternyata menghasilkan persaingan sengit didalam tim McLaren F1 sendiri hingga 2 musim balapan berikutnya.

Begitu juga apa yang kita lihat pada Alonso dan Hamilton,keduanya adalah para pencatat rekor sebelum bergabung di McLaren F1 pada musim 2007. Pada usia 22 tahun Alonso bahkan mampu memecah kebuntuan dengan menjadi salah satu dari sedikit pembalap diluar Ferrari yang bisa memenangkan suatu balapan pada musim 2003,suatu era dimana Schumacher-Ferrari mendominasi nyaris secara total.Sedangkan Hamilton terus-menerus meraih juara di tiap level balapan open wheel yang diikutinya sejak ia berusia 9 tahun.
Saat dikontrak McLaren,Alonso yang juara 2 kali berturut-turut termuda dianggap sebagai pelanjut dominasi Michael Schumacher - Raja F1 saat itu. Hamilton,dengan segala rekor kemenangannya di seri-seri dibawah F1 dianggap sebagai anak ajaib - Pangeran F1.

Tampaknya formula Dream Team yang coba diulang Ron Dennis dalam ambisinya untuk memburu juara konstruktor kembali menimbulkan "efek samping" krisis prioritas dalam tim. Sumber daya dalam satu tim,sekaya apapun,adalah terbatas maut tak mau akan ada pembedaan fasilitas yang diterima tiap pembalap.Manakala dua pembalap sama-sama hebat,sama-sama punya peluang juara disitulah dilema mulai timbul,Alonso yang merasa berhak didahulukan sebagai juara dunia (sudah terbukti),toh Hamilton bukan pembalap sembarangan dengan sederet prestasi prestasi saat dibawah pengkaderan Ron Dennis dalam Youth System McLaren.

Musim 2008 telah membuktikan status anak ajaib Hamilton dengan merebut Driver's Champion,sementara Alonso dengan mobil yang kalah kualitas secara signifikan dari mobil2 McLaren,Ferrari ataupun BMW toh mampu meraih 2 kemenangan.Musim depan,konon timnya Alonso,Renault telah jauh-jauh hari mempersiapkan mobil.Tentu kita berharap mobil itu akan cukup kencang dan reliabel untuk menantang McLaren (dan jg Ferrari),karena saya pribadi berharap saga Hamilton vs Alonso akan berlanjut,ditambah munculnya penantang-penantang muda hebat seperti Vettel,Kubica,Kovalainen dan,tentu saja,duo Ferrari,dan penggunaan kembali ban flat,musim F1 akan semakin mendebarkan.Semoga...!!

Friday, 31 October 2008

Teladan Dari Lilin (Lilin Tidak Buruk)


Mungkin beberapa dari kita,terutama yg pernah ikut organisasi atau pelatihan
SDM,sudah pernah membaca atau mendengar kalimat (yg maksudnya) motivasi berikut ini :

"Janganlah jadi seperti lilin,dia menyinari sekitarnya tapi dia sendiri hancur meleleh..."

Saya kurang setuju dengan kalimat diatas karena beberapa alasan :

-kalau tidak menyinari sekitarnya,trus lilin mau mengerjakan apa?

-adakah satu hal di dunia yang tidak akan habis dipakai,meski kita berusaha
sekuat mungkin untuk menghematnya(termasuk jasmani kita)?

Oke awalnya memang terkesan konyol mempermasalahkan kalimat tersebut,tapi
menurut saya it leads us to a wrong wisdom,ia menuntun kita ke hikmah yang
salah.

Mempermasalahkan lilin yang meleleh setelah ia bersinar sama saja mempermasalahkan mereka yang kehabisan tenaga karena aktif dalam operasi
kemanusaiaan di daerah bencana,atau mempermasalahkan seorang guru yang
mendedikasikan nyaris seluruh waktunya
untuk mendidik murid2nya,mempermasalahkan lilin yg meleleh setelah bersinar sama juga kita mempermasalahkan seorang petugas pemadam kebakaran yang terluka saat mati2an berusaha menyelamatkan seorang anak yg
terjebak dalam gedung yang terbakar,juga mempermasalahkan seorang ibu yang mengorbankan nyawanya sendiri demi hidup anaknya.

Justru lilin telah memberikan teladan pada kita tentang dedikasi dan kesetiaan
terhadap jati diri apapun hasil dari kesetiaan tersebut.Ia paham saat lampu,lentera,obor telah padam maka ialah harapan satu-satunya untuk sebuah
pencerahan,meski karena itu ia mesti meleleh dan pelan-pelan pudar,ia paham
bahwa alasan dia diciptakan adalah untuk menerangi.

Kalau bukan karena adanya "lilin-lilin" (para guru,ibu-bapak,pemungut sampah
dll) yang hidup dan mengabdikan dirinya disekitar kita,mungkin kita tidak akan
pernah tahu apa arti kasih sayang,tidak pernah ada masyarakat yang utuh.

Justru bagi saya lilin adalah perwujudan (embodiment) dari cinta dalam bentuknya yang paling mulia,refleksi paling cerah dari cinta Alloh SWT pada hamba2nya.

Seperti kisah tiga sahabat Rasul yang terluka parah hingga ajal tinggal
selangkah dalam satu peperangan,ketiga sahabat tersebut akhirnya syahid setelah tetap saling mendahulukan saat akan diberi minum,adakah kita akan menyebut mereka sebagai "lilin yang meleleh
setelah bersinar"??atau justru "lilin-lilin" mereka yang sinarnya terus
benderang ribuan tahun sesudah tubuh mereka memudar dari dunia??

Linux Sulit??Anak SD Aja Bisa


[quote title=Tunjung wrote on Fri, 29 August 2008 22:13]Hehe,tulisan ini sebenarnya telat 1,5 bulan dari momentum,tapi lebih baik saya publish daripada tidak sama sekali.

Ini cerita 100% pengalaman nyata soal ternyata begitu mudahnya Linux digunakan.

Tanggal 9 Juli kemaren saya membuka sebuah warnet baru di kota kecil diujung timur Jawa Timur bernama Banyuwangi (tuh kecil kan),rencana awal sih,seperti biasa,Windows XP jadi pilihan pertama (kalau tidak dibilang satu-satunya) yg terlintas sebagai pilihan operating system.Namun apa daya untuk sebuah warnet dengan 20 PC client dibutuhkan setidaknya 15 juta hanya untuk pengadaan OS (20 PC x 750rb/license XP Home).Sempat terpikir (khas orang Indonesia) untuk menggunakan license gado-gado alias setengah resmi setengah b*j*k*n.Tapi ah alangkah tidak tenangnya,saya membayangkan harus mencari dan "memberi makan" beking aparat supaya warnet itu dapat terus hidup.

Kemudian kami jalan-jalan cari alternatif,teringat oleh saya sebuah warnet di Malang yang memakai OS Linux Ubuntu,yang meski ga mirip2 amat dgn Windows tapi saya tidak pernah terlalu kesulitan klo lagi main di warnet itu.Langsung browsing dan berburu majalah dan buku soal Linux.Kami menemukan ternyata memang Linux Ubuntu dirancang untuk memudahkan konversi pengguna dari Windows ke Linux.Jadilah palu diketok (kayak sidang aja) Linux Ubuntu akan jadi pilihan kami ditambah beberapa tweaking untuk membuatnya mirip secara tampilan dengan WinXP.

Singkat cerita instalasi software dan hardware pun berjalan dibantu seorang teman (skrg manajer warnet) sampai pada waktunya kami menerima staff.Staff baru itu,seorang lulusan SMA, datang ketika kami masih sibuk membereskan beberap hal,setelah wawancara singkat lgs saja kami silahkan dia untuk online dulu.Beberapa saat kemudian si karyawan bertanya "mas aku download ... (menyebut salah satu judul game online) ya?","loh buat apa?"balas teman saya;"ya buat main mas",tersenyum,baru kami sadar kalau belum sekalipun memberitahukan OS yang kita pakai adalah bukan Windows,yang tentu saja game tersebut tidak akan bisa dimainkan,tapi yg lebih menyenangkan tentu saja itu artinya dia (si karyawan) tidak kesulitan sama sekali mengoperasikan PC ber-OS Linux Ubuntu,BEGITU TIDAK SULITNYA SAMPAI DIA TIDAK SADAR OS YANG IA PAKAI BUKANLAH WINDOWS =).

Pun begitu dengan hari-hari ketika warnet telah beroperasi secara normal,tidak ada kesulitan serius,kalau tidak bisa dibilang tidak ada masalah,dari user soal cara mengoperasikan OS Linux Ubuntu dan program-program didalamnya.FYI,warnet kami terletak didekat beberapa sekolah dan kantor pemerintah.Sering juga siswa SD dan SMP online di warnet kami,tanpa kesulitan berarti.

Kalaupun ada satu pertanyaan yang sering diajukan oleh para user adalah "mas gimana caranya matiin flashdisk saya",hehe,tentu kita ingat kalau terbiasa di Windows klik di pojok kiri bawah "Safely Remove Hardware",well dengan Ubuntu memang tidak bisa seperti itu......tapi lebih mudah,tinggal klik kanan di drive yg dimaksud dan pilih "unmount",selesai=).

So,apakah Linux sulit??masa sih?anak SD aja bisa kok.

Belum lagi soal ketahanan virus.Kita tahu,salah satu tempat paling mudah kalau kita ingin flashdisk tertular virus (virus komputer tentunya) adalah warnet.Nah sejak mulai beroperasi hingga sekarang,TIDAK SEKALIPUN kami berurusan dengan brontok dkk,spyware,trojan dan virus atau malware lain sejenisnya.

Kamu takut dengan Linux bakal kehilangan tampilan komputermu yg berwarna-warni dengan aneka hiasan dan gambar??Hehe,ga perlu,silahken browsing aneka wallpaper,widget,desklet di banyak situs dan nyaris semuanya bisa didapat dengan gratis (tapi tetep bayar koneksi).

So,beralih ke Linux,siapa takut[/quote]

Wednesday, 7 May 2008

The Colorful Osing,Oleh-Oleh dari Banyuwangi


Cerita mengenai suku Osing berawal dari perkenalanku dengan Imam Mustakim,op salah satu warnet mentereng di Malang,Jawa Timur sekitar 2 tahun yang lalu.

Lewat denyut-denyut Byte di chatroom #Cafeislam perkenalan itu berlanjut ke pertemanan hingga kesepakatan untuk mendirikan sebuah warnet di kota kelahirannya tersebut. Kebetulan sekali,momen pendirian warnet bertepatan dengan pernikahan yang telah lama ia rencanakan dengan seorang wanita asal Malang,aku pun menawarkan diri "wes aku ae tukang fotone". Aku dan Imam sempat bercanda bahwa motivasiku sebenarnya untuk mau jadi tukang foto amatiran sebenarnya adalah supaya aku punya akses sepuasnya memandangi kecantikan gadis2 Banyuwangi tanpa rasa bersalah maupun pandangan risih dari orang-orang,"tukang foto kok",gojlok Imam.Tapi tentu saja itu hanya candaan,sejak kecil aku adalah peminat fotografi, selain itu masa pembangunan warnet sedang reses bersamaan dengan proses pernikahan Imam (yang nantinya akan berperan sebagai manajer warnet) jadi praktis aku nganggur, kenapa tidak beramal untuk teman skaligus menyalurkan hobi ,tapi hehe...klo ada gadis yg tertambat hatinya pada si tukang foto,ya bukan salah dia juga toh=) (silahkan diprotes...).

So here it is,gear yang saya pakai sepanjang acara adalah sebuah Kamera Digital Prosumer Konica-Minolta DiMAGE 7Hi dengan lensa zoom optical built in (ekivalen) 28-200 mm,untuk ukuran kamera digital,kamera ini sudah cukup tua maka prosesor gambar maupun buffer memory-nya belum secanggih kamera-kamera digital terbaru yang jauh lebih cepat,oleh karena itu saya set resolusi sepanjang acara ke 2720x1560 pixel lebih besar dari itu akan makan waktu 4-10 detik bagi kamera untuk menyimpan image yg baru diambil,semua peminat foto tentu tahu 10 detik dalam situasi objek bergerak terasa seperti selamanya (10 detik untuk selamanya??~_~), dan ditenagai baterai Rechargeable Energizer,media penyimpan yang digunakan Compact Flash (CF) Transcend 1 Gb .Cuma itu??no external Falshgun,no tripod,no umbrellas?no frills...??yup,cuma itu,sederhana bahkan terkesan "miskin",persetujuan untuk memakai tenaga saya sebagai tukang foto hanya beberapa hari menjelang hari-H,jadi saya tidak sempat melobi ayah untuk pinjam salah satu flashgun miliknya (lupa tipenya,bawaan Minolta Dynax-700 Si). Jadi kreativitas menjadi kata kunci,karena semalaman "pelita penerang" foto2 saya hanyalah built-in flash DiMAGE 7Hi yang mungil,dalam beberapa situasi kmu akan melihat foto-foto yang goyang ataupun efek gerakan yg terlihat jelas,ya itu karena teknik slow-sync (ditengah-tengah pesta yang riuh rendah dan orang berlalu lalang kesana kemari...) banyak digunakan pada sesi malam.




Panggung pelaminan berwarna warni,tepat didepan pelaminan terdapat susunan kayu berbentuk gerbang,sebagai simbolisasi kedua pengantin yang akan memasuki kehidupan baru.

All-Out Feast, aneka cemilan khas menyambut para tamu.