
Mentariku tertawa lagiTergelitik dicolek tulang dan daging busukBongsor sambil menyanggah dagu dengan cakarnyaNyungsep diantara bangku bengkokSisa-sisa ratapan anak perawanJadi comberan di meja para kurcaciDuh duniawi..Ingatlah kawan tidurku..Umur kita dijahit bersama lakuNama kita pun telah ditabrak waktuApakah harus tungguRaga kita warnanya...